Sabtu, 20 April 2013

Nasehat Bapak

“Terima kasih pak” ucapku seraya menerima selembar kertas putih dari laki- laki paruh baya yang notabenenya seorang dosen sekaligus pegawai di bagian penilaian tempatku belajar. Sebut saja namanya Bapak Abdullah Thamrin, DCN, M.Kes
Tidak hanya selembar kertas misterius itu yang kuterima, sebuah ucapan selamat dan wejangan juga tidak lupa beliau berikan.

“ Nak selamat, pertahankan dan terus tingkatkan prestasimu,” ucapnya dengan ekspresi bangga yang tidak bisa kulupakan.
Kepala kecilku masih saja bekerja keras, mencoba menebak maksud pembicaraannya. Imajiku mengambang di langit. Tubuhku bergetar hebat, aku belum sanggup melirik isi kertas yang kuterima.
“ Iya pak, terima kasih “ kali ini suaraku tertahan di tenggorokan.
Aku mencoba menyeimbangkan perasaan. Mencari tempat bersandar. Ternyata kertas inilah yang selama beberapa pekan terakhir menjadi headline news di kalangan para mahasiswa. Yaa KHS. Sejenis rapor hasil belajar yang akan diterima setiap mahasiswa dalam enam bulan sekali. Dan itu berarti, satu semester telah berlalu.
Aku menghela napas, dan akhirnya memberanikan diri melihat hasil yang kuterima.
“ alhamdulillah, sempurna “gumamku setengah berbisik.
Sontak terlintas wajah mama, bapak, k’ Ika, dik Upi, dik Uci di rumah. Ingin sekali rasanya memeluk mereka semua. Namun apa daya, Tuhan belum mengizinkan. Menyadari hal itu, ada butiran bening di sudut mataku. Buru – buru ku seka agar tidak terlihat teman- teman.
Mengetahui nilai yang kudapat sempurna, ucapan selamat mengalir dari teman – teman. Beberapa dari mereka memberiku pelukan erat. Pelukan yang membuatku bergetar dan tiba- tiba saja membuatku rindu pada keluarga.
Rasa syukur merayap dalam hatiku. Terbayang kembali saat aku mengalami masa – masa sulit untuk tinggal di tempat orang yang baru beberapa waktu lalu di kenalkan padaku. Terbayang sebuah fakta yang harus kuhadapi bahwa aku benar- benar berpisah dengan keluargaku, khususnya mama. Terbayang kembali rupiah demi rupiah yang telah kuhabiskan untuk memperoleh kursi di kampus ini. Menerima hasil sempurna seolah menjadi “angin segar” di tengah – tengah gundukan kesedihanku.
Hari itu menjadi momen tidak terlupakan dalam hidupku. Sudah menjadi kebiasaan, tak lupa kuberi ucapan selamat pada diri sendiri. Sebuah ice cream ku hadiahkan untuk kemenangan kecil yang baru saja kuperoleh. Dalam perjalanan pulang air mataku tumpah, benar – benar tak bisa ku bendung.
Sesampai di rumah, kutunaikan kewajibanku sebagai hamba Tuhan. Dalam suasana haru, ku ucapkan rasa syukur yang tiada terkira.
Ucapan terima kasih kuhaturkan kepada keluargaku, teman – temanku, Ibu Ani, dan semua orang yang telah membantuku selama ini.
Berita bahagia ini akhirnya sampai di telinga mama dan bapak ku di rumah. Terbayang ekspresi wajah mereka saat mendengar berita ini. Keesokan harinya kuterima sebuah pesan via handphone K’ Ika. “ Ira, ucapan selamat dari Bapak. Pesannya jaga shalatnya, jaga makannya, jaga nilainya”  Selepas membacanya, air mataku menetes kembali. Betapa terharunya hatiku.
“ Insyaallah pak, doakan semoga aku bisa menunaikan pesanmu “ gumamku setengah terisak. Dan aku masih larut dalam perasaanku.

Makassar, 22 Maret 2013



0 komentar:

Posting Komentar