Minggu, 21 April 2013

Insiden Bulan April

Insiden Bulan April  - Teringat sebuah ungkapan “ kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat, tapi juga karena ada kesempatan
““ mas, mana uang kembalian saya ? katanya pada mas tukang bakso.
“ ehh dek, kamu belum bayar “ ucapnya setengah teriak.
“ sudah mas, uang saya pecahan 50 ribuan, jadi kembaliannya 46 ribu “ jelasnya ngotot tanpa rasa malu.

“ saya rasa kamu belum bayar, asal kamu tau saja saya sudah memperhatikan tindakanmu ini, kejadian ini sudah ketiga kalinya kan ?, jangan kira saya akan membiarkan mu lolos kali ini “ sahutnya berang.
Semua orang yang tadinya sibuk menikmati makan siangnya, beralih memandangi seorang perempuan yang dimaksud oleh mas tukang bakso. Menyadari dirinya sudah menjadi sorotan publik, raut wajahnya memerah, perempuan itu kemudian berlalu pergi.
Insiden siang itu membahana kesana kemari. Hampir seluruh pelosok kampus membicarakan kejadian itu seperti pita kaset yang di rewind dan di playback kembali.  Setiap orang yang mendengarnya merasa tidak percaya, sebagian menghina, sebagian mencibir, dan sebagian lagi prihatin. Bahkan sepekan terakhir menjadi perbincangan hangat yang sayang jika dilewatkan begitu saja.
***


Hari demi hari, cerita – cerita lama bermunculan ke permukaan. Rumor tentang perempuan malang itu semakin berkembang saja. Yang membuatku tersentak hebat adalah kepercayaan dirinya yang masih bisa berlenggak – lenggok tampa rasa bersalah dan malu sedikitpun.
“ itu namanya klepto “ sambar seorang teman yang masih sibuk bergosip di sudut kelas.
“ iya, penyakit seperti itu memang ada, dia senang mengambil barang milik orang lain, mungkin itu bagian dari kepuasannya “ jelas seorang teman yang lainnya.
“ apapun namanya, kita harus tetap waspada, orang – orang seperti ini sangat rawan jika berada di sekitar kita “ ucapku mengingatkan.
Waktu isoma ( istirahat, shalat, makan ) sudah habis. Kuliah selanjutnya akan di mulai, tapi ada saja mahasiswa yang masih asyik mengikuti perkembangan cerita tentang perempuan malang itu.
Aku pun kehilangan konsentrasi saat menerima mata kuliah. Aku merasa sangat terkejut sekaligus prihatin. Perempuan malang itu berasal dari keluarga baik – baik. Tapi menurut cerita teman – teman sekelasnya, ada banyak kejadian – kejadian ganjil yang baru mereka sadari bahwa itu adalah sebuah penyakit. Kleptomaniak. Lambat laun mereka menyadari, menghubungkan satu cerita dengan cerita lainnya. Dan kesimpulannya tetap sama. Kleptomaniak.
Sejak kejadian hari itu, aku semakin parno untuk membawa barang – barang berharga ke sekolah misalnya laptop, dompet, dan barang lainnya yang memiliki nilai jual besar atau pun kecil nilainya.
Menurut cerita, perempuan malang itu mengikuti banyak arisan, mulai dari sepuluh ribu perminggu sampai nominal limapuluh ribu perminggu. Bagi seorang mahasiswa ekonomi menengah, akan sangat sulit untuk mencukupi semuanya, mulai dari uang kosan, belanja harian, bensin kendaraan, pulsa, biaya fotocopy bahan kuliah, shoping, dana harian kelas, sampai biaya satu atau dua arisan sekaligus dengan nominal yang cukup besar.
***
Belum reda pemberitaan tentang perempuan malang itu, sebuah insiden pahit kembali terjadi. Hari itu, kelas ku sedang belajar Ilmu Pangan Lanjut (IPL) di lantai dua kampus . Sedangkan  kelas B melakukan praktikum di Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan (ITP) yang berada di sebuah gedung yang terpisah jauh dengan tempat kami belajar.
Sebelum mata kuliah dimulai, seorang teman mengisi ulang baterai handphonenya di kelas sebelah yang masih bersambung dengan kelas yang sedang ku tempati belajar, disana ada sekat pemisah yang juga sedang terbuka sebagian. Hanya saja mahasiswa yang duduk membelakangi sekat tersebut jadi tidak terlihat siapa saja yang berlalu lalang.
Sekitar lima menit sebelum kuliah berakhir, koridor sedang ramai oleh lalu lalang beberapa mahasiswa kelas sebelah. Aku bahkan mengira bahwa praktikum mereka selesai dengan cepat. Perhatian kupusatkan lagi pada mata kuliah yang sedang berlangsung.
Tak lama berselang, kuliah pun berakhir. Semua berhamburan dengan aktivitas yang sejak tadi mengambang di benak mereka. Ada yang sementara merapikan alattulis, menutup jendela, menghapus papan tulis, mematikan AC, ada yang sibuk berteriak sana- sini mencari teman kosannya, ada juga yang sibuk mencari pulpen, mencari absen, bahkan ada yang masih sibuk mencari penjelasan tentang tugas yang baru saja di berikan oleh dosen.
Ditengah hiruk pikuk kelas, terdengar suara teriakan pecah, terdengar cetar membahana.
“ handphone ku mana ?”  teriak si M histeris.
“ kamu tadi simpan dimana ? tanya seorang teman se-gengnya
“ tadi aku charghing di kelas sebelah “ jawab si M dengan rona wajah yang sangat panik.
“ tenang dulu, ada yang tertinggal  ?” tanya seorang teman yang lain lagi.
“ iya, kabel charghernya masih ada “ jawab si M dengan suara serak diiringi dengan air matanya yang mengalir deras.
Semua orang panik, mencoba mengamankan barang masing- masing. Sebagian membantu mencari. Yang membuat Mmenangis bukan soal mereknya yang lagi tren ataupun harganya yang mahal tetapi  karena handphone tersebut adalah hadiah yang di berikan ayahnya beberapa waktu lalu kepadanya.
Akhirnya seorang teman berinisial F berinisiatif untuk menggeledah semua tas. Bukan tas mahasiswa kelas A, tapi tas mahasiswa kelas B. Pelakunya dicurigai salah satu mahasiswa kelas B yang sedari tadi berlalu lalang. Semua tas diperiksa, barang yang dicari tidak ditemukan.
Bukan main, tangis si M pecah mengetahui  bahwa handphonenya benar- benar hilang. Berdasarkan pengamatan ada tiga orang mahasiswa kelas B yang menjadi pusat perhatian. Tiga orang laki- laki dan seorang perempuan. Inisialnya Y,H, dan V.
Berlagak seperti polisi, seorang teman berinisial F mengamati perilaku ke empat terdakwa. Dan bukan main terkejutnya ketika melihat muka si V seperti kepiting rebus. Setelah itu, hampir semua tuduhan mengarah kepada si V. Keterangan dua terdakwa lainnya juga menguatkan tuduhan tersebut. Meski tidak ada saksi yang melihat langsung kejadian tersebut, si V sudah resmi menjadi tersangka, di mata hampir semua mahasiswa kampus.
“ aduh, kalo terus- terus seperti ini barang – barang kita bisa hilang semua”  ucap si U dengan ekspresi khawatir
“ iya, kamu benar, kampus kita sudah tidak aman lagi “ sahut si I membenarkan ucapan si U
“ bagaimanapun, kita harus selalu berhati – hati, lihat kejahatan terjadi  sangat dekat dengan kita, dalam durasi yang sangat singkat, jadi tidak menutup kemungkinan orang – orang terdekat kitalah pelakunya “ jelasku panjang lebar kepada dua temanku.
“ menurutmu siapa yang melakukan hal sebodoh ini ? “ tanya si P
“ siapa saja bisa, dalamnya hati seseorang siapa yang tahu “ jawabku
“ mungkinkah si V seperti yang di perkirakan ? “ tanya si P kembali
“ wallahuallam, bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Tapi siapapun dia kita harus tetap waspada “ jawabku mengakhiri percakapan sore itu.
***
Keesokan harinya, si M, F, S, B, mengintrogasi tiga terdakwa. Dan saat si V mendapat giliran, ceritanya menguatkan tuduhan atas dirinya. Terlalu berbelit – belit.
Mendengar insiden mengerikan ini, seorang senior yang ahli di bidang hipnotis mencoba mengungkap siapa pelaku yang begitu kejam beraksi di kampus kebanggan kita. Hampir semua mahasiswa kelas A dan B menonton di luar kelas terkecuali beberapa orang di dalam ruangan. Acara hipnotis diawali dengan tiga orang saksi berinisial A,D, dan R. Ketikanya menolak turut andil dalam insiden tersebut.
Tiba saatnya kedua terdakwa dan seorang lagi yang dicurigai sebagai tersangka menempati kursi yang telah di tetapkan. Sebagian tegang, sebagian sibuk dengan persepsi masing – masing. Sebagian lagi hanya duduk diam, menikmati lakon demi lakon yang di perankan pemain.

Berbagai trik dilakukan oleh si master, tapi tetap saja tidak berhasil membuat si V mengaku. Hingga trik terakhir, membuat semua  mata bahkan beberapa kamera turut menyaksikan dan mengabadikan isyarat si V yang membuktikan bahwa dia adalah pelakunya.
Semua sudah berakhir. Si master memanggil beberapa orang yang terkait langsung dengan insiden tersebut. Menurut si master, isyarat terakhir si V memberikan sinyal bahwa dia adalah pelakunya.
Dan dihari – hari berikutnya, insiden perempuan malang yang notabenenya berinisial V menjadi  pembelajaran berharga yang patut untuk di telaah dengan baik agar tidak terjadi kejadian serupa di kemudian hari.
Insiden 1 April 2013 menjadi peringatan bagi kita semua bahwa banyak hal diluar sana yang sangat aneh tapi sangat nyata.
Insiden 8 april 2013 menjadi pembelajaran untuk selalu bermawas diri, dimanapun, kapan pun, dan kepada siapapun.
Mohonlah perlindungan kepada tuhan, niscaya kamu akan selamat, amin
***








0 komentar:

Posting Komentar